Apa kabar kawan? Berbagi sedikit cerita nih, tentang pengalaman saya hingga pada akhirnya saya bisa menulis surat ini. Ini bukan sekedar iseng dan tanpa alasan, melainkan ini tugas dari dosen yang gokil abis. Beliau mengirim surat kepada semua mahasiswa yang diampunya, dan meminta mereka membalasnya sebagai pengganti perkuliahan yang terlewatkan. Jujur ini baru pertama kali nya nih saya mendapat surat dari dosen dan berkesempatan untuk membalasnya.
Eh... tapi ini anti mainstream lho suratnya. 😄
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Selamat malam Bapak Setya Naka Adrian dosen pengampu mata kuliah Pengkajian Media, Penulisan Media Massa, dan Membaca Teknik Pemahaman yang saya hormati dan yang selalu saya harapkan kehadirannya.
Bagaimana kabar Bapak hari ini? Sukseskah acaranya kemarin? Semoga bapak selalu dirahmati Allah SWT., dilancar semua urusannya. Dan berkenan untuk selalu berbagi pengalamnya kepada kami semua. Amin.
Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak, jujur ini baru pertama kali saya mendapat kehormatan untuk menerima sekaligus membalas surat dari seorang guru/ dosen. Dan yang paling menyentuh hati saya adalah bapak menunggu balasan dari saya.
Bapak Naka yang rendah hati, berbeda dengan Anda yang membuat surat dengan suasana hati muram, saya justru menulis dengan suasana hati yang ditumbuhi bermacam bunga, lengkap dengan semerbak harumnya yang khas. Dengan pancaran mata yang jauh lebih terang dari dewi malam yang sedang berpesta dengan peri- peri di sekelilingnya. Walaupun awalnya saya sedikit ‘galau’ untuk membalasnya. Namun, setelah saya better- in ‘galau’ saya jadi hilang.
Di saat sidang kopi Mirna diputar kembali di TV, saat itulah saya mulai mengetik surat ini. Saya tidak tahu dari mana bapak mengetahui bahwa saya suka makan mie instan, sedang menata bantal, bahkan selesai mencuci pakaian, tetapi percayalah bapak, sejujurnya di kostan saya lebih suka makan penyetan dari pada mie instan.
Dua pertemuan mata kuliah Teknik Membaca dan Pemahaman berlalu tanpa kehadiran bapak, saya tidak merasa begitu gembira, segembira ketika libur telah tiba. Dari lubuk hati kami yang terdalam, kami mengharapkan bapak untuk dapat hadir. Namun, jika memang terdapat suatu halangan yang tidak memungkinkan untuk bapak dapat hadir, maka sejujurnya dari lubuk hati kami yang paling dalam dari yang terdalam adalah kosong jam tanpa tugas. Memang itu harapan yang buruk, terlebih lagi tentunya sangat merugikan kami semua. Dan dalam hal ini bapak benar dan harapan kami yang salah. Paksa kami selalu agar nanti menjadi terbiasa, tempa kami sekarang agar nanti tidak tertatih di akhir massa. Karena bagaimana pun juga kesempurnaan hanya milik Allah SWT. semata.
Bapak Naka yang belum sepenuhnya saya cintai. Setelah 14 tahun akhirnya Rangga dan Cinta dipertemukan kembali dalam film AADC 2. Selama itu pula tugas yang bapak berikan kepada kami telah saya kerjakan yang menurut saya dengan baik dan benar. Tujuan Anda sangat mulia bapak. Membuat kami menjadi seorang yang terampil menulis, Mempunyai wawasan yang luas dan memiliki hati yang peka terhadap sekeliling kami. Namun, adakah cara yang lain selain berlangganan koran dan sebagainya, bukan karena kami merasa gatal- gatal namun saku kami dangkal. Bukan harga koran tapi transport yang mahal. Tetapi demi masa depan yang cerah dan menjanjikan. Kami rela berkorban dengan makan penyetan dan mie instan setiap hari. Kami rela jalan kaki dari kostan sampai kampus. Menaiki anak tangga dari lantai satu ke lantai lima kami rela menunggu lift saja.
Saya sadar bahwa hanya doraemon yang memiliki alat untuk mendeteksi masa depan. Walaupun sesungguhnya saya berniat untuk mencuri kantong ajaib itu. Namun, apa daya, bertemu doraemon pun saya belum pernah dan belum sempat, mungkin karena saya terlalu sibuk. Saya berharap agar alat itu rusak dan doraemon pun sama- sama berjuang seperti saya untuk mencapai masa depan yang cerah. Jika bapak bertanya berapa banyak buku yang sudah saya baca, maka akan saya jawab “ banyak bapak!” ya memang itu benar. Mulai dari buku Menyimak, Pengantar Linguistik, Pengantar Fonologi, My Public Speaking, Komposisi, Ejaan Bahasa Indonesia, Membaca karya Tarigan, dan masih banyak lagi. Sebenarnya saya juga sering berlangganan koran, walaupun hanya koran online yang sedikit abal-abal. Tetepi setidaknya saya membaca koran.
Sejujurnya saya sangat tertarik dengan dunia jurnalistik sejak SMP, namun karena tidak ada wadah untuk menampung keinginan saya itu, akhirnya menulis dan dimuat dalam media massa menjadi angan saja. Bagai serpihan kertas dia terbang dan tidak tahu arah jalan pulang. Dan sekarang saat sudah tersedia fasilitasnya, bakat menulis saya bersembunyi. Tidak yakin dapat menemukannya. Sudah saya coba lagi memancingnya kembali. Namun tidak semudah makan pop mie yang tinggal diseduh, kembali menemukan hobi yang telah lama bersembunyi sangat sulit bagi saya. Sudah saya coba untuk menulis beberapa tulisan. Setidaknya rencananya nanti akan saya posting dalam blog saya yaitu sharingtalents.blogspot.co.id . Mungkin bapak berminat untuk membuka, membaca dam memberi jempol untuk blog saya. Atau ingin menambah pengikut di G+, jujur pengikut saya masih minim sekali bapak. Saya sudah menulis tapi belum saya posting dengan alasan ragu. Payah memang.
Untuk hal itu saya percayakan kepada bapak untuk mengembleng saya khususnya dan teman- teman semua untuk berani menampakkan diri, dan menunjukkan potensi kami. Dalam surat bapak mengatakan harus dengan apa? Harus bagaimana? Agar kami mau berbicara! Mau menulis! Mau membaca! Itu pertanyaan yang sulit memang. Begini bapak! Kami mempunyai karakter dan cara memahami sesuatu dengan cara yang berbeda. Saya tidak tahu apa yang dirasakan teman yang lain ketika melihat, menyimak, dan mendengar bapak presentasi, menyampaikan materi. Tetapi jika saya yang berpendapat tentang itu, sejujurnya cara bapak sudah baik, dan saya bisa memahami walaupun belum begitu baik pemahaman saya. Bukan bapak yang salah. Kami yang salah. Karena bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Ibarat bapak telah membaca 10 buku dan kita baru 1. Jadi kurang klop. Untuk mengetahui bahwa makan beng- beng dingin dan langsung sama enaknya, kita perlu mencoba keduanya. Begitu bula dengan kami, untuk bisa memahami bapak kita perlu membaca 9 buku lagi. Dari membaca ke- 9 buku inilah kami berproses. Dan membutuhkan bapak tentunya.
Saya rasa cukup ini yang dapat saya tuliskan. Mungkin sudah cukup untuk menjawab rasa penasaran bapak tentang potensi dan kemauan yang kami miliki. Jika tulisan ini saya teruskan akan lebih nglantur lagi. Kurang lebihnya saya mohon maaf. Bukan bermaksud untuk menjadi mahasiswa yang lancang. Tetapi beginilah sejatinya diri saya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar