Rabu, 21 Desember 2016

FOLKLOR | Relevansi Kisah Jaka Tarub Di Masa Kini

Jaka Tarub Di Masa Kini
                            
     Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi, masyarakat Indonesia mulai melupakan budayanya. Masyarakat muda khususnya, mereka mulai mengisi pikiran dan aktivitas mereka dengan gaya ke barat- baratan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak media masa yang memfasilitasi masyarakat untuk melihat, memilih, dan meniru gaya ala barat melalui tayangan yang disajikan, seperti film/ sinetron yang kerap sekali ditayangkan adegan kurang pantas namun dianggap wajar. Penyajian cerita cinta anak muda zaman sekarang di mana seolah- oleh para masyarakat muda seperti atau bahkan telah kehilangan jati diri.
     Melihat gentingnya moral masyarakat muda Indonesia yang semakin merosot. Salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Universitas PGRI Semarang, yaitu teater Gemma ingin mencoba membangkitkan kembali jiwa- jiwa muda yang mulai nyaman dengan kehidupan gelap ala barat untuk beranjak menuju jalan yang terang melalui sebuah pementasan drama  “Jaka Tarub”. Cerita legenda zaman dahulu yang disajikan dengan kemasan menarik, pembawaan disesuaikan dengan selera masyarakat muda tanpa mengurangi nilai dan makna dari cerita tersebut.
     Selasa, 4 Oktober 2016 kemarin, pentas Jaka Tarub digelar. Bertempat di Gedung Pusat lantai 7 Universitas PGRI Semarang. Teater Gemma menyajikan dua kali pementasan, yaitu pada pukul 15. 00 dan 19. 00 dengan lakon yang sama. Lakon Jaka Tarub ini dirasa mampu untuk memberi contoh kepada masyarakat muda khususnya untuk menemukan kembali jati diri mereka. Memberikan contoh betapa pentingnya arti kejujuran.
     Para tokoh diperankan langsung oleh mahasiswa Universitas PGRI Semarang yang mengikuti UKM Teater Gemma. Tokoh Jaka diperankan sangat apik oleh Opik, sementara para bidadari terlihat begitu cantik. Mereka sangat menghayati peran yang dimainkan. Sehingga membuat penonton begitu antusias, dan merasa ingin cepat- cepat melihat adegan berikutnya. Disela- sela pertunjukan diselingi oleh lawakan, supaya para penonton yang mayoritas adalah mahasiswa Universitas PGRI Semarang tidak merasa jenuh.
     Jaka merupakan pemuda desa yang tampan, gagah, berani, dan suka berburu. Namun dia selalu bimbang ketika mengingat ibundanya yang telah meninggal. Jaka belum bisa memenuhi keinginan ibundanya untuk menikah. Dikisahkan bahwa Jaka pernah bermimpi untuk menikah dengan seorang bidadari, karena mimpi itulah Jaka belum bisa memenuhi permintaan ibundanya hingga sang ibunda meninggal dunia. Kemudian, suatu hari ketika Jaka berburu dia merasa kelelahan dan memutuskan untuk istirahat, bersandar di sebuah batu besar. Tak lama kemudian para bidadari turun dari kayangan dan mandi di sebuah danau yang tidak jauh dari batu tempat Jaka bersandar. Diletakan baju dan selendang para bidadari itu pada batu. Kemudian Jaka mengambil salah satu dari selendang tersebut. Bidadari yang kehilangan baju dan selendang tidak dapat pulang ke kayangan. Kemudian dia bersumpah bahwa barang siapa yang menolongnya, jika itu perempuan akan dijadikan saudara, namun jika itu laki- laki akan dijadikannya suami. Mendengar sumpah bidadari tersebut Jaka bergegas pulang dan mengambil baju sang ibu untuk menolong sang bidadari, Nawang Wulan namanya. Akhirnya mereka menikah. Dan mempunyai seorang putri yang diberi nama Nawangsih/ Nawang Asih.
     Dikisahkan pula pada suatu ketika Jaka merasa heran karena persediaan beras miliknya tidak kunjung habis, namun semakin bertambah. Jaka yang keheranan segera bertanya kepada sang istri, Nawang Wulan. Lanjut cerita Nawang Wulan meminta jaka berjanji untuk tidak membuka panci masak selama dia sedang menanak nasi. Akhirnya Jaka pun berjanji. Namun suatu ketika Jaka sungguh merasa penasaran, kemudian dibukalah panci itu, dan betapa terkejutnya hati Jaka ketika mendapati isi dalam panci hanya sebutir beras. Kemudian Nawang Wulan membuka panci tersebut karena dirasa beras yang dimasak olehnya telah matang, namun apa yang terjadi? Ternyata sebutir beras itu tidak berubah. Mengetahui bahwa Jaka telah melanggar janji yang diucapkannya Nawan merasa kecewa, dan kekuatan Nawang untuk memasak dengan sebutir nasi telah hilang. Nawang harus memasak dengan cara biasa. Beras di lumbung semakin menipis dan membuat Nawang Wulan menemukan selendangnya yang ternyata disembunyikan oleh Jaka Tarub. Nawang Wulan pun marah dan akhirnya kembali ke kahyangan, meninggalkan Jaka Tarub dan putrinya Nawangsih.
     Menjalin sebuah hubungan sudah selayaknya dilandasi dengan kejujuran. Kejujuran merupakan fondasi yang akan menopang kehidupan kita ke depannya. Baik dalam kehidupan berkeluarga maupun kehidupan sosial lainnya. Perbuatan Jaka yang telah berbohong terhadap istrinya, berujung pilu. Ini membuktikan bahwa kejujuran sangat penting. Bila sesuatu hal tidak didasari dengan kejujuran maka akan berdampak buruk.
Sudah selayaknya kita sebagai generasi muda harus menerapkan kejujuran dalam segala hal. Terlebih lagi kita adalah calon pemimpin. Bagaimana nanti kita dapat menjadi pemimpin yang baik bila tanpa kejujuran. Tidak pantas bila seorang pemimpin berbohong untuk kepentingan dirinya sendiri. Selain itu dalam kisah Jaka Tarub ini kita para generasi muda diajarkan untuk tidak boleh sembarangan mengumbar janji. Karena janji diucapkan hanya untuk ditepati dan dipertanggungjawabkan. Bagaimana jadinya bila seorang pemimpin yang telah dipercaya ternyata berkhianat akan janjinya. Sudah begitu banyak contoh sosok Jaka Tarub dalam kehidupan masa kini, di mana bukan hanya anak dan istri yang menjadi korban akan janji dan ke tidak jujuran, tetapi seluruh rakyat di bawah kepemimpinan Jaka masa kini terkena imbasnya. Koruptor salah satu contohnya.
     Sungguh pementasan yang luar biasa, Di satu sisi unsur kebudayaan ditonjolkan melalui tema cerita yang diusung yaitu legenda Jaka Tarub. Di sisi lain pesan moral yang terkandung dalam cerita sangat cocok dengan kondisi moral generasi muda Indonesia yang haus akan motivasi. Kelompok teater Gemma Universitas PGRI Semarang telah berhasil menyajikan pertunjukan yang mendidik dan berkualitas tanpa ada kesan kuno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar