Kamis, 08 Maret 2018

Contoh Analisis Puisi dengan Pendekatan Struktural || Puisi Gus Mus Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, 
Wah!!! Rasanya sudah lama, ya, kita tidak sharing tentang sastra dan Bahasa Indonesia lagi. tapi tenang kawan! Kali ini rasa kangen kalian akan sedikit terobati dengan tulisanku di bawah ini nih!!! hehehe
Yup! Betul! kali ini aku mau berbagi tentang mengalisis puisi dengan pendekatan struktural menurut teori Abrams. 
Semoga bermanfaat, ya, Kawan!

Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana

Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir

Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana

Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana

Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana

Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana

Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana

Atau aku harus bagaimana

-1987-


Analisis Puisi
“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”
dengan Pendekatan Stuktural

Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Analisis struktural meliputi, struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik (surface structure)  terdiri dari perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima dan irama. Sedangkan struktur batin (deep structure) terdiri dari tema (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat (intention).

A.    Struktur Fisik Puisi

1.      Tipologi
Puisi karya Gus Mus ini memiliki tipologi yang konsisten, artinya dalam setiap baitnya memiliki pola yang sama, yaitu terdapat kesamaan dalam jumlah barisnya,yaitu tiga baris.

2.      Diksi
Dalam puisi berjudul “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” menggunakan kata- kata yang sederhana, mudah dipahami tetapi mengandung banyak makna. Contoh dalam bait ke dua, “Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku” dalam kalimat tersebut arti kata ‘kau injak tengkukku’ memiliki arti tidak sabar/ emosi marah.

3.      Imaji
Puisi ini tidak banyak memunculkan imaji yang dominan. Adapun imaji yang dapat ditemukan seperti dalam bait berikut yang memiliki imaji visual.

“Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana”

4.      Kata konkret
Kata konkret yang berkaitan dengan indra dapat ditemukan dalam bait berikut yang berkaitan dengan indra pendengaran/ visual.

“Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggil-Nya dengan pengeras suara setiap saat”
5.      Gaya bahasa
Penyair menggunakan bahasa yang lugas di dalam puisinya. Tidak ada majas kusus yang digunakan. Semua disampaikan secaara gambling dan terbuka. Ada beberapa yang bermajas seperti kalimat “aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah” yang berarti menghancurkan. Ini menggunakan majas metafora.

6.      Rima dan Irama
Rima yang dapat ditemukan dalam puisi ini antara lain adalah pengulangan kata “ kau bilang“ dan “aaku kau” serta “ kau ini bagaimana” dan “ atau aku harus bagaimana”. Kata- kata tersebut terus diulang pada setiap baitnya.
Irama yang dimainkan penyair menunjukkan ketegasan penyair dalam menyampaikan kekecewaan dan kebingungannya terhadap tindakan yang diakukan oleh pemerintah. 

B.     Struktus Batin Puisi

1.      Tema
Puisi di atas, Gus Mus mengangkat tema kehidupan, lebih tepatnya adalah kehidupan dalam bernegara. Dimana terdapat rakyat dan pemimpinnya yang keduanya sama- sama memiliki hak dan kewajiban.

2.      Rasa
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini, penyair mengungkapkan rasa kekecewaan, rasa kebingungan terhadap kebijakan pemerintah, terhadap perlakuan pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari judul yang dipilih yaitu “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” menandakan bahwa penyair merasa bingung dan dapat dilihat pula pada kaliamat dalam setiap baitnya.

3.      Nada
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Dalam puisi tersebut penyair menggambarkan perasaan kecewa namun memiliki ketegasan dalam menyampaikannya. Kekecewaan itu tidak dituangkan dalam kata- kata yang mendayu-dayu. Namun dengan kalimat yang tegas sebagai kritikan.

4.      Amanat
Dalam puisi ini, pengarang menggambarkan bagiaman cara yang berpikir kritis ketika apa yang tidak sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang sebagai warga negara, selain itu juga pengarang memberikan pengajaran bagi kita bahwa seharusnya kita berani untuk berbicara dan mengkritik selain itu pula pengarang berupaya memberikan gambaran kepada kita bahwa seorang pemimpin yang mengatakan harus memberikan contoh atau penutan yang baik pada rakyatnya, selain itupulah disini pengarang memberikan edukasi secara tersirat bagi kita bahwa kita manusia harus konsisten pada apa yang kita anggap sebagai peganggan atau idiologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar