Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh,
Wah!!! Rasanya sudah lama, ya, kita tidak sharing tentang sastra dan Bahasa Indonesia lagi. tapi tenang kawan! Kali ini rasa kangen kalian akan sedikit terobati dengan tulisanku di bawah ini nih!!! hehehe
Yup! Betul! kali ini aku mau berbagi tentang mengalisis puisi dengan pendekatan struktural menurut teori Abrams.
Semoga bermanfaat, ya, Kawan!
Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku
segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku
kapir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau
waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang
prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku
plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung
kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku
sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas
arahnya
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu
menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang
lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri
memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari
bertikai
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau
merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau
menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami
rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah
kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu
menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus
berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku
pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja
kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku
ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau
tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih
alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
-1987-
Analisis Puisi
“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”
dengan Pendekatan Stuktural
Analisis
struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya
bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur
lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Analisis
struktural meliputi, struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik
(surface structure) terdiri dari
perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima dan
irama. Sedangkan struktur batin (deep structure) terdiri dari tema (sense),
rasa (feeling), nada (tone), dan amanat (intention).
A. Struktur
Fisik Puisi
1. Tipologi
Puisi
karya Gus Mus ini memiliki tipologi yang konsisten, artinya dalam setiap
baitnya memiliki pola yang sama, yaitu terdapat kesamaan dalam jumlah
barisnya,yaitu tiga baris.
2. Diksi
Dalam
puisi berjudul “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” menggunakan kata-
kata yang sederhana, mudah dipahami tetapi mengandung banyak makna. Contoh
dalam bait ke dua, “Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku” dalam
kalimat tersebut arti kata ‘kau injak tengkukku’ memiliki arti tidak sabar/
emosi marah.
3. Imaji
Puisi
ini tidak banyak memunculkan imaji yang dominan. Adapun imaji yang dapat
ditemukan seperti dalam bait berikut yang memiliki imaji visual.
“Kau bilang
bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang
jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus
bagaimana”
4. Kata
konkret
Kata
konkret yang berkaitan dengan indra dapat ditemukan dalam bait berikut yang
berkaitan dengan indra pendengaran/ visual.
“Kau
bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggil-Nya dengan pengeras
suara setiap saat”
5. Gaya
bahasa
Penyair
menggunakan bahasa yang lugas di dalam puisinya. Tidak ada majas kusus yang
digunakan. Semua disampaikan secaara gambling dan terbuka. Ada beberapa yang
bermajas seperti kalimat “aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah” yang
berarti menghancurkan. Ini menggunakan majas metafora.
6. Rima
dan Irama
Rima
yang dapat ditemukan dalam puisi ini antara lain adalah pengulangan kata “ kau bilang“
dan “aaku kau” serta “ kau ini bagaimana” dan “ atau aku harus bagaimana”.
Kata- kata tersebut terus diulang pada setiap baitnya.
Irama
yang dimainkan penyair menunjukkan ketegasan penyair dalam menyampaikan
kekecewaan dan kebingungannya terhadap tindakan yang diakukan oleh pemerintah.
B. Struktus
Batin Puisi
1. Tema
Puisi
di atas, Gus Mus mengangkat tema kehidupan, lebih tepatnya adalah kehidupan
dalam bernegara. Dimana terdapat rakyat dan pemimpinnya yang keduanya sama-
sama memiliki hak dan kewajiban.
2. Rasa
Rasa
(feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Dalam hal ini, penyair mengungkapkan rasa kekecewaan, rasa
kebingungan terhadap kebijakan pemerintah, terhadap perlakuan pemerintah. Hal
ini dapat dilihat dari judul yang dipilih yaitu “Kau Ini Bagaimana Atau Aku
Harus Bagaimana” menandakan bahwa penyair merasa bingung dan dapat dilihat pula
pada kaliamat dalam setiap baitnya.
3. Nada
Nada
(tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Dalam puisi tersebut penyair menggambarkan perasaan kecewa namun
memiliki ketegasan dalam menyampaikannya. Kekecewaan itu tidak dituangkan dalam
kata- kata yang mendayu-dayu. Namun dengan kalimat yang tegas sebagai kritikan.
4. Amanat
Dalam
puisi ini, pengarang menggambarkan bagiaman cara yang berpikir kritis ketika
apa yang tidak sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang sebagai warga negara,
selain itu juga pengarang memberikan pengajaran bagi kita bahwa seharusnya kita
berani untuk berbicara dan mengkritik selain itu pula pengarang berupaya
memberikan gambaran kepada kita bahwa seorang pemimpin yang mengatakan harus
memberikan contoh atau penutan yang baik pada rakyatnya, selain itupulah disini
pengarang memberikan edukasi secara tersirat bagi kita bahwa kita manusia harus
konsisten pada apa yang kita anggap sebagai peganggan atau idiologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar